Saat anak mulai tumbuh remaja, banyak orang tua mulai memikirkan hal seperti “Bagaimana nanti kalau anakku harus bekerja? Bisa nggak, ya?” Pertanyaan ini sering muncul, terutama bagi orang tua yang mendampingi anak dengan spektrum autisme (ASD). Wajar jika ada rasa khawatir, tapi dengan persiapan yang tepat, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan siap menghadapi dunia kerja sesuai dengan kemampuannya.
Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Memulai Menyiapkan Anak Autis untuk Dunia Kerja
- Kenali Potensi dan Minat Anak
Langkah pertama adalah memahami apa yang anak sukai dan mampu lakukan. Mungkin ia tertarik dengan komputer, menyusun barang, menggambar, atau pekerjaan berulang yang membuatnya nyaman. Dengan mengetahui potensi ini, kita bisa arahkan ke pekerjaan yang sesuai.
- Belajar Lewat Pengalaman Nyata
Anak autis sering belajar paling baik dengan cara melakukannya langsung. Maka, kegiatan seperti ikut volunteer, magang, atau sekadar bantu-bantu di rumah bisa jadi latihan awal mengenal dunia kerja. Jangan lupa, pekerjaan kecil tetap berarti besar untuk mereka.
- Latihan Keterampilan Hidup
Dunia kerja bukan cuma soal keahlian teknis, tapi juga kemampuan sosial, komunikasi, manajemen waktu, dan disiplin. Hal-hal sederhana seperti datang tepat waktu, menyelesaikan tugas, atau menyampaikan pendapat perlu diajarkan sejak dini dan dilatih terus-menerus.
- Bangun Jaringan Dukungan
Orang tua tidak harus menjalani semua ini sendirian. Cari informasi soal program pelatihan kerja untuk disabilitas, hubungi lembaga sosial, atau bergabung di komunitas. Dukungan dari sekolah, terapis, dan organisasi bisa bantu kita mengenalkan anak pada peluang kerja yang nyata.
Hambatan yang Perlu Diwaspadai dalam Menyiapkan Anak Autis untuk Dunia Kerja
Meski semangat sudah besar, ada beberapa tantangan yang biasanya dihadapi adalah :
- Kurangnya program transisi setelah anak lulus sekolah
- Minimnya informasi tentang lembaga penyalur kerja bagi disabilitas
- Ketidakpastian soal masa depan yang bikin anak cemas
- Mental health issues seperti kecemasan atau depresi
- Lingkungan kerja yang belum inklusif
Harus Mulai dari Mana?
Memulai langkah pertama sering kali terasa membingungkan. Tapi orang tua tidak perlu menunggu semuanya “siap” untuk mulai. Justru dari proses kecil sehari-hari, anak bisa pelan-pelan belajar dan berkembang.
- Bangun Rutinitas Harian
Biasakan anak dengan rutinitas yang terstruktur, misalnya bangun pagi, mandi, makan tepat waktu, hingga menyelesaikan tugas tertentu. Dunia kerja penuh dengan jadwal dan tanggung jawab maka latihan ini bisa jadi fondasi awal yang sangat penting.
- Ajarkan Tanggung Jawab Lewat Kegiatan Rumah
Pekerjaan di rumah seperti menyapu, menata meja makan, atau merapikan tempat tidur bisa jadi latihan kerja yang sederhana tapi bermakna. Mulailah dengan tugas ringan, lalu beri apresiasi saat anak menyelesaikannya.
- Libatkan Anak dalam Kegiatan Sosial
Ajak anak terlibat dalam kegiatan komunitas, kegiatan keagamaan, atau kegiatan relawan sederhana. Hal ini bisa melatih kemampuan bersosialisasi dan mengenal lingkungan baru dua hal penting saat nanti bekerja.
- Kenalkan Dunia Kerja secara Visual dan Konkret
Anak dengan autisme cenderung lebih mudah memahami hal-hal yang visual. Bisa dimulai dengan melihat video tentang pekerjaan, mengunjungi tempat kerja, atau memperkenalkan profesi lewat cerita sehari-hari.
- Latih Kemampuan Komunikasi dan Emosi
Latih anak menyapa orang lain, mengungkapkan perasaan, atau meminta bantuan saat butuh. Kemampuan ini sangat penting untuk membangun hubungan kerja yang sehat nantinya.
Beberapa lembaga menyediakan pelatihan keterampilan kerja untuk anak berkebutuhan khusus. Program ini biasanya mencakup pelatihan teknis dan pendampingan saat mulai bekerja. Jangan ragu mencari informasi dan menjajaki peluang ini.
Referensi