Malang Autism Center

Mengenal Stimming pada Autisme

Banyak orang tua mungkin pernah melihat anak mereka menggoyangkan tangan, membungkus tubuh, atau mengulang suara tertentu tanpa alasan yang jelas. Perilaku ini disebut stimming, yaitu gerakan atau kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk mengatasi berbagai rangsangan sensorik dan emosional. Stimming umum terjadi pada individu dengan autisme, namun masih sering disalahpahami sebagai perilaku yang perlu dihentikan.

Apa Itu Stimming pada Autisme?

Stimming adalah kependekan dari self-stimulatory behavior atau stimulasi perilaku diri. Bentuknya beragam, seperti menggoyangkan tangan atau kaki, melingkari tubuh ke depan dan belakang, mengulang kata atau suara tertentu, memperlihatkan cahaya atau benda berputar dan memainkan rambut atau menggigit kuku.

Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi bukan sekedar kebiasaan tanpa arti, tetapi merupakan cara individu dengan autisme untuk mengelola emosi, mengurangi stres, atau menenangkan diri saat mengalami kelebihan rangsangan sensorik.

Mengapa Stimming pada Autisme Penting?

Sebagian besar penelitian memandang stimulasi sebagai perilaku negatif yang perlu dikurangi. Namun, studi terbaru menyoroti manfaat stimming dalam membantu individu penderita autisme mengatur dirinya sendiri. Beberapa manfaat stimming antara lain:

  • Mengurangi kecemasan, Stimming dapat membantu anak mengatasi lingkungan yang penuh dengan suara atau cahaya yang berlebihan.
  • Meningkatkan konsentrasi, Beberapa orang autis menggunakan stimming untuk fokus saat merasa terganggu oleh stimulus eksternal.
  • Menyalurkan emosi, Stimming juga bisa menjadi ekspresi kebahagiaan atau kegembiraan, bukan hanya respon terhadap stres.

Haruskah Stimming Dihentikan?

Banyak orang tua dan guru khawatir bahwa stimulasi dapat menghambat anak dalam berinteraksi dengan orang lain atau beradaptasi di lingkungan sosial. Namun, penelitian menunjukkan bahwa menekan stimming justru dapat berdampak negatif , seperti meningkatkan kecemasan dan stres pada individu autis.

Alih-alih melarang stimming, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua:

  • Pahami pemicunya,  Jika stimming terjadi karena kelebihan rangsangan sensorik, cobalah faktor yang mengurangi pemicu seperti suara bising atau cahaya terang.
  • Cari alternatif yang aman, Jika stimming berisiko membahayakan, seperti menggigit tangan atau menjambak rambut, bantu anak menemukan bentuk stimming lain yang lebih aman, seperti meremas bola stres atau memainkan fidget spinner.
  • Berikan lingkungan yang mendukung, Biarkan anak merasa aman untuk mengekspresikan diri tanpa rasa takut dihakimi.

Stimming adalah bagian alami dari kehidupan banyak individu autis dan memiliki manfaat dalam membantu mereka mengatur emosi dan sensorik. Sebagai orang tua, penting untuk memahami bahwa stimulasi bukanlah perilaku buruk, tetapi cara anak merasa nyaman di lingkungannya. Dengan menerima dan mendukung kebutuhan mereka, kami dapat membantu anak autis berkembang dengan bahagia dan percaya diri.

Referensi

Charlton, R. A., Entecott, T., Belova, E., & Nwaordu, G. (2021). “It feels like holding back something you need to say”: Autistic and non-autistic adults’ accounts of sensory experiences and stimming. Research in Autism Spectrum Disorders, 89, 101864.

Artikel Terkait

Malang Autism Center

Malang Autism Center (MAC) menyediakan layanan ramah anak ASD dengan kegiatan yang berorientasi pada kemandirian anak serta didukung dengan fasilitas yang mendukung.

Insight MAC

Buka WhatsApp
Butuh Bantuan?
Halo! Apa yang bisa saya bantu