Malang Autism Center

Autisme dalam Sejarah

Autisme adalah kondisi perkembangan saraf yang mempengaruhi cara seseorang berinteraksi sosial, berkomunikasi, dan berperilaku. Seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang autisme terus berkembang. Memang, kondisi ini sering disalahpahami, tetapi kini semakin banyak penelitian yang mengungkap penyebab dan cara mendukung individu autis. Artikel ini akan membahas sejarah autisme pertama kali dikenal hingga pemahaman modern yang kita miliki saat ini.

Autisme di Masa Lalu

Sebelum dunia medis mengenali autisme, individu dengan perilaku berbeda sering disalahartikan. Pada abad ke-18 dan 19, anak-anak yang mengalami kesulitan berbicara atau berinteraksi sosial dianggap memiliki gangguan mental atau bahkan dikaitkan dengan hal mistis.

Salah satu kasus terkenal adalah Victor dari Aveyron, seorang anak pembohong yang ditemukan di hutan Prancis pada awal tahun 1800-an. Ia karakteristiknya menunjukkan autisme seperti kesulitan dalam komunikasi dan kecepatan pada rutinitas tertentu. Jean-Marc Gaspard Itard, seorang dokter Prancis, mencoba mendidiknya, yang kemudian menjadi salah satu studi awal tentang gangguan perkembangan.

Autisme Mulai Dikenali Secara Medis

Istilah “autisme” pertama kali diperkenalkan oleh Eugen Bleuler, seorang psikiater Swiss, pada tahun 1911. Namun, saat itu ia menggunakannya untuk menggambarkan gejala dalam skizofrenia. Pemahaman tentang autisme sebagai kondisi yang berbeda baru muncul di pertengahan abad ke-20.

  • Tahun 1943

Leo Kanner, seorang psikiater Amerika, meneliti 11 anak dengan kesulitan sosial dan perilaku berulang. Ia menyebut kondisi ini sebagai “gangguan autistik kontak afektif”, yang menjadi dasar pemahaman tentang Autism Spectrum Disorder (ASD).

  • Tahun 1944

Hans Asperger, seorang dokter Austria, mengamati anak-anak dengan karakteristik serupa tetapi memiliki kemampuan bahasa yang baik. Hal ini kemudian dikenal sebagai Sindrom Asperger.

Autisme di Era Modern

Pada tahun 1980-an, autisme secara resmi diakui sebagai gangguan perkembangan dalam DSM-III (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Seiring berjalannya waktu, penelitian menunjukkan bahwa autisme memiliki spektrum yang luas, sehingga pada tahun 2013, DSM-5 mengklasifikasikan ulang berbagai kategori autisme ke dalam satu istilah: Autism Spectrum Disorder (ASD).

Kini, autisme dipahami bukan sebagai penyakit yang harus dibudidayakan, melainkan bagian dari keberagaman cara kerja otak manusia ( neurodiversity ). Banyak individu autis yang memiliki keunggulan unik di berbagai bidang seperti seni, teknologi, atau sains. Kesadaran ini membantu mengurangi stigma dan meningkatkan penerimaan terhadap individu autis.

Dari kondisi yang dulu sering disalahpahami hingga kini diakui sebagai bagian dari keberagaman manusia, pemahaman tentang autisme telah berkembang pesat. Orang tua yang memiliki anak autis kini dapat mengakses lebih banyak sumber daya dan dukungan untuk membantu mereka berkembang sesuai potensinya.

Memahami perjalanan sejarah autisme ini dapat membantu kita lebih menerima dan mendukung anak-anak kita dengan lebih baik. Dengan dukungan yang tepat, anak autis dapat tumbuh dan memiliki masa depan yang cerah.

Artikel Terkait

Malang Autism Center

Malang Autism Center (MAC) menyediakan layanan ramah anak ASD dengan kegiatan yang berorientasi pada kemandirian anak serta didukung dengan fasilitas yang mendukung.

Insight MAC

Buka WhatsApp
Butuh Bantuan?
Halo! Apa yang bisa saya bantu