Banyak orang tua khawatir ketika anak dengan autisme terlambat berbicara atau tampak kurang tertarik berkomunikasi. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak dengan autisme belajar bahasa dengan cara yang berbeda dibandingkan anak lainnya. Mereka tidak hanya belajar dari mendengar orang berbicara, tetapi juga dari pola yang teratur, seperti huruf, angka, atau musik.
Bagaimana Anak dengan Autisme Memahami Bahasa?
Menurut penelitian, anak dengan autisme lebih tertarik pada hal-hal yang memiliki pola berulang, seperti alfabet, angka, atau suara musik, daripada pada percakapan sosial. Hal ini menjelaskan mengapa beberapa anak dengan autisme bisa membaca atau mengenali simbol sebelum mereka mulai berbicara.
Bahkan, ada anak dengan autisme yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menghitung tanggal di kalender, menggambar dengan sangat detail, atau memainkan musik tanpa pernah belajar secara formal. Ini terjadi karena mereka lebih mudah memahami pola dan struktur yang jelas dibandingkan bahasa yang sering berubah-ubah dalam percakapan sehari-hari.
Mengapa Beberapa Anak dengan Autisme Bisa Membaca Sebelum Berbicara?
Ada kondisi yang disebut hiperleksia, yaitu ketika anak bisa membaca dengan lancar sebelum memahami maknanya atau sebelum bisa berbicara dengan baik. Ini menunjukkan bahwa anak dengan autisme mungkin lebih mudah belajar bahasa melalui tulisan atau gambar daripada melalui percakapan langsung.
Banyak anak dengan autisme mengalami perkembangan bahasa yang unik, seperti:
- Lebih tertarik pada pola dan tulisan, Mereka lebih fokus pada huruf, angka, atau suara daripada berkomunikasi langsung.
- Tidak langsung berbicara, Ada masa di mana mereka tidak banyak bicara, meskipun mungkin sudah memahami beberapa kata.
- Tiba-tiba bisa berbicara dengan baik, Setelah periode diam, beberapa anak mulai berbicara dengan kalimat lengkap dan jelas.
Bagaimana Orang Tua Bisa Membantu?
Karena anak dengan autisme belajar bahasa dengan cara berbeda, mereka mungkin tidak bisa berkembang hanya dengan sering diajak bicara. Sebagai orang tua, kita bisa mencoba cara lain yang lebih sesuai untuk mereka, seperti:
- Menggunakan kartu bergambar untuk mengenalkan kata-kata.
- Membaca buku dengan tulisan besar dan gambar menarik.
- Menggunakan aplikasi atau video edukasi yang memiliki pola suara dan tulisan yang berulang.
- Memberikan kesempatan bagi anak untuk menulis atau mengetik jika mereka tertarik.
Anak dengan autisme bukan tidak bisa belajar bahasa, tetapi mereka memiliki cara sendiri dalam memahami dan menggunakannya. Dengan memahami pola belajar mereka, orang tua bisa lebih sabar dan menemukan cara terbaik untuk membantu anak berkembang sesuai dengan potensinya.
Referensi
Setiap individu mengalami dunia dengan cara yang berbeda, termasuk mereka yang berada dalam spektrum autisme. Salah satu perbedaan utama yang sering terjadi pada individu autis adalah cara mereka memproses informasi sensorik. Beberapa anak autis mungkin merasa senang dengan rangsangan tertentu (
Bagi anak dengan autisme, lingkungan sosial sering kali terasa menekan dan menuntut mereka untuk “menyesuaikan diri” agar diterima. Karena ingin menghindari perlakuan tidak menyenangkan atau stigma dari orang lain, banyak anak autis yang akhirnya berusaha menyembunyikan atau menekan perilaku alami mereka. Fenomena ini disebut autistic masking yaitu sebuah upaya untuk terlihat seperti anak-anak lain dengan cara meniru gaya bicara, ekspresi wajah, atau menekan kebiasaan mereka yang khas.
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku anak sejak usia dini. Gejala ASD bervariasi, mulai dari kesulitan memahami emosi orang lain, kurangnya kontak mata, hingga perilaku repetitif yang berulang. Mengingat dampak yang luas terhadap kehidupan anak, intervensi dini menjadi langkah penting dalam mengurangi gejala autisme dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Selektivitas makanan atau picky eating merupakan kondisi yang umum dialami oleh anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Anak dengan selektivitas makanan cenderung hanya mau mengonsumsi makanan tertentu dan menolak mencoba makanan baru. Hal ini dapat disebabkan oleh sensitivitas sensorik terhadap tekstur, aroma, atau rasa makanan tertentu, serta kebutuhan akan rutinitas yang tetap.
Banyak orang tua mungkin sudah tahu bahwa anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) memiliki tantangan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Namun, tahukah Anda bahwa sebagian besar anak dengan ASD juga mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik mereka?
