Malang Autism Center

Categories
Artikel ASD

Terapi Okupasi dalam Membantu Anak dengan Autism

Sebagai orang tua dari anak penderita Autism Spectrum Disorder (ASD), salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana membantu anak dalam berkomunikasi. Beberapa anak mungkin kesulitan memahami bahasa, sulit mengungkapkan perasaan, atau bahkan menggunakan cara yang tidak biasa untuk berkomunikasi, seperti menarik tangan orang lain atau menangis ketika menginginkan sesuatu. Didalamnya terapi okupasi berperan. Selain membantu anak lebih mandiri dalam kehidupan sehari-hari, terapi ini juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.

Apa Itu Terapi Pekerjaan?

Terapi okupasi adalah jenis terapi yang membantu anak mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Terapis okupasi bekerja dengan anak untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagai aspek, seperti, mempelajari keterampilan motorik halus dan kasar, melatih keterampilan sosial dan interaksi, meningkatkan kemampuan sensorik dan regulasi emosi, dan mendorong kemandirian dalam aktivitas sehari-hari seperti makan dan berpakaian Namun, yang sering kali tidak disadari, terapi okupasi juga berperan dalam membantu anak dengan ASD belajar berkomunikasi.

Bagaimana Terapi Okupasi Membantu Komunikasi Anak dengan ASD?

  • Membantu Anak Lebih Fokus dan Tenang

Sebagian besar anak penderita ASD memiliki sensitivitas sensorik yang tinggi. Mereka mungkin merasa terganggu oleh suara keras, tekstur tertentu, atau cahaya terang, sehingga sulit untuk fokus saat berkomunikasi. Terapis okupasi menggunakan berbagai teknik, seperti terapi sensorik dan latihan pernapasan, agar anak lebih tenang dan siap berinteraksi.

  • Melatih Keterampilan Dasar Komunikasi

Sebelum bisa berbicara atau menggunakan bahasa isyarat, anak perlu mengembangkan keterampilan komunikasi dasar seperti, menghubungi mata saat berbicara, menunjuk atau memperhatikan objek yang sedang dibicarakan, memahami ekspresi wajah orang lain dan menggunakan gerakan tangan sederhana untuk menunjukkan keinginan. Terapis okupasi menggunakan permainan atau aktivitas tertentu untuk membantu anak melatih keterampilan ini secara alami.

  • Mengajarkan Cara Berkomunikasi yang Lebih Baik

Anak dengan ASD sering kali menggunakan cara yang tidak biasa untuk berkomunikasi, seperti menggigit tangan sendiri, berteriak, atau memukul saat merasa frustasi. Terapis okupasi membantu anak menemukan cara yang lebih baik, seperti, menggunakan gambar atau kartu komunikasi ( PECS – Picture Exchange Communication System ), menggunakan bahasa tubuh atau gerakan tangan dan melatih anak berbicara secara bertahap, mulai dari kata-kata sederhana

  • Membantu Anak Menggunakan Bahasa dalam Kehidupan Sehari-hari

Anak dengan ASD sering mengalami kesulitan dalam menerapkan keterampilan yang telah mereka pelajari ke situasi baru. Misalnya, mereka mungkin bisa mengatakan “tolong” saat latihan dengan terapi, tapi lupa menggunakannya saat meminta bantuan di rumah. Terapis okupasi memastikan anak dapat menerapkan keterampilan komunikasi ini dalam berbagai situasi, baik di rumah, sekolah, maupun saat bermain dengan teman.

  • Bekerja Sama dengan Terapi Wicara

Jika anak sudah menjalani terapi wicara, terapi okupasi bisa melengkapinya. Terapis okupasi akan membantu aspek fisik dan sensorik dari komunikasi, seperti, melatih otot wajah dan mulut agar lebih mudah berbicara, membantu anak mengatasi sensitivitas terhadap sentuhan (misalnya, jika anak tidak nyaman saat bibir atau lidah disentuh) dan menggunakan aktivitas berbasis gerakan untuk meningkatkan perhatian dan interaksi anak. Dengan kolaborasi ini, anak dapat belajar berkomunikasi dengan lebih efektif.

Terapi okupasi tidak hanya membantu anak menjadi lebih mandiri, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan berbasis aktivitas sehari-hari, terapi ini membantu anak lebih fokus, memahami cara berkomunikasi, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi

Hébert, MLJ, Kehayia, E., Prelock, P., Wood-Dauphinee, S., & Snider, L. (2014). Apakah terapi okupasi berperan dalam komunikasi pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme? Jurnal Internasional Patologi Bicara-Bahasa, 16 (6), 594–602.

Buka WhatsApp
Klik Untuk Ke Wa
Halo! Apa yang bisa saya bantu